Jumat, Juli 20, 2007

Fenomena Pengangguran

Assalamualaikum Wr Wb

Dalam kesempatan kali ini saya hanya ingin mengutip dari beberapa sumber tentang fenomena pengangguran, mudah-mudahan bisa jadi bahan renungan kita semua.

"Tahun 2009 ada 116,5 juta orang di Negeri ini serbu pasar kerja !!"
SERAM! Kondisi sebagaiman judul di atas akan melanda negeri ini tahun 2009. Ketika itu dari perkiraan jumlah penduduk 228,9 juta orang, sebanyak 168,9 juta jiwa atau 73,3 persen diantaranya merupakan penduduk usia kerja. Dari jumlah ini, 116,5 juta orang atau 69 persen dari penduduk usia kerja dipastikan menyerbu pasar kerja sehingga sangat "menakutkan" karena pertumbuhan ekonomi belum jelas besarannya. (sumber : kompas)

"Pengangguran Terdidik pun Melimpah-Ruah"
Fenomena pengangguran di negeri ini semakin beragam. Tak hanya dari golongan kurang terdidik. Pengenyam pendidikan tinggi pun tak luput dari ancaman itu. Kini lebih dari 1,5 juta sarjana dan ahli madya telah menganggur. (Diambil dari sebuah Koran)

dan artikel dibawah ini saya ambil dari selebaran sebuah lembaga pendidikan yang menurut saya cukup layak untuk ditampilkan.

Mengapa Banyak Pengangguran ??


  1. Masyarakat Indonesia masih memandang Gelar Kesarjanaan sebagai sebuah GENGSI dan KEHORMATAN.
  2. Berkaitan dengan poin 1 di atas, maka masyarakat Indonesia pun melihat peluang besar bisnis adalah bisnis pendidikan. TIDAK SEDIKIT perguruan tinggi yang menomorduakan kualitas dan SANGAT JARANG perguruan tinggi yang bertanggung jawab terhadap lulusannya untuk bisa diserap dunia kerja apalagi membantu lulusannya untuk bisa membuka lapangan kerja.
  3. Berkaitan dengan poin 2 di atas, hingga saat ini ada 2874 perguruan tinggi yang tercatat di Indonesia.
Mari kita sama-sama hitung :

Jumlah Perguruan Tinggi di Indonesia saat ini 2.874. Berapa sarjana yang diluluskan setiap tahun oleh masing-masing Perguruan Tinggi tersebut? Yang pasti angkanya bervariasi. Mungkin berkisar antara 500 s/d 8000. Kita asumsikan saja setiap perguruan tinggi meluluskan 1000 Sarjana. Berarti 2.874 X 1000 = 2.874.000 orang Sarjana yang dicetak Indonesia setiap tahunnya. Lalu berapa orang sarjana yang dibutuhkan oleh negeri ini setiap tahun atau yang dapat diserap di dunia kerja? Secara pasti data tersebut tidak diketahui. Dahulu, seorang menteri mengatakan bahwa Indonesia setiap tahunnya membutuhkan 75.000 sarjana. Jika angka ini benar, berapa sarjana yang menganggur dalam setiap tahunnya. Coba saja dihitung, 2.874.000 - 75.000 = 2.799.000 orang sarjana yang menganggur setiap tahunnya.Jumlah yang tidak sedikit...

Ada lagi sebuah cerita yang cukup pelik yang diambil dari media cetak nasional,
Ada seorang pengusaha mencari tenaga kerja. Tenaga kerja yang dicarinya tersebut minimal berpendidikan SMP. Kemudian dibuatlah sebuah iklan lowongan di media cetak. Dari iklan tersebut telah banyak lamaran yang masuk. Yang menjadi menarik dalam cerita ini bukan dari banyaknya lamaran yang masuk tetapi lebih dari 80 persen pelamar adalah SARJANA..

Oke, setelah membaca tulisan di atas, apa yang ada dalam benak pembaca sekalian??
Masih adakah keinginan untuk tetap mencari-cari kerja??
Atau mungkin pikiran tersebut sudah berubah menjadi bagaimana cara membuat lapangan kerja? Bila memang ini yang keluar dari benak Anda, maka Alhamdulillah, jumlah pengangguran dalam cerita-cerita di atas akan berkurang diserap oleh perusahaan Anda kelak, Amin..

Semuanya saya kembalikan kepada persepsi para pembaca.
Terima kasih

Wassalamualaikum Wr Wb

Take Action to be ENTREPRENEUR

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Sangat menarik setelah membaca blog anda.
Menciptakan lapangan pekerjaan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, namun ada baiknya tentu dengan berusaha menciptakan lap. kerja
Yang menjadi pertanyaan disini adalah benarkah masyarakat memandang titel sarjana s.d. paska sarjana dst adalah sebuah prestige? atau bahkan pekerjaanpun terkadang juga dipandang sebuah prestige? Jika ini jawabannya benar/iya maka tidaklah heran terjadi fenomena penganguran, karena pola pikir si penganggur juga dipengaruhi oleh opini masyarakat, selain juga-(jika ybs hendak membuka lapangan pekerjaan)-modal. Hence sipenganggur tidak berani mengambil tindakan itu (membuka lapangan pekerjaan) karena terlalu beresiko.

Dengan demikian mungkin hendaknya sikap kita sebagai masyarakat yang selalu menghargai semua orang tanpa peduli apapun latar belakang orang itu, agar juga menciptakan atmosfir baru yang baik untuk para penganggur atau bahkan u/ para pekerja yang merasa tidak menghargai pekerjaannya! (kurang bersyukur) :)

Walahuallam.

Groho mengatakan...

aku comot tulisannya ke tugas ku ya :p

Your Ad Here

Acara Seminar Financial Revolution

Gunung Slamet